VIPDOMINO.CASINO | BANDAR POKER | BANDAR Q ONLINE | DOMINO 99 ONLINE | POKER ONLINE | CAPSA SUSUN | ADUQ
Menggairahkan Pacarku
Menggairahkan Pacarku
![]() |
Agen KartuQQ |
VIPDOMINO.CASINO | Pengalaman ini terjadi sekitar awal bulan Februari tahun 2016. Pengalaman ini tidak kukarang sendiri tapi berdasarkan cerita asli yang kualami di tahun 2016 ini. Ceritanya begini. Bermula saat aku berkenalan dengan seorang lelaki, sebut saja namanya Kiki. Orangnya tampan, tinggi sekitar 170 cm, dan tubuhnya atletis. Pokoknya sesuai dengan pria idamanku. Perbedaan umur kami sekitar 8 tahun, dan dia baru saja lulus dari universitas swasta terkenal di Jakarta. Kami kenalan pada saat aku sedang mempersiapkan acara untuk perpisahan kelas III di SMA-ku. SMA ku di kawasan Jakarta Barat. Dan pada saat itu Kiki sedang menemani adiknya yang kebetulan panitia perpisahan SMA kami. Pada saat itu Kiki hanya melihat-lihat persiapan kami dan duduk di ruangan sebelah.
Akhirnya pada saat istirahat siang, inilah pertama kalinya kami bincang-bincang. Dan pada saat kenalan tersebut kami sempat menukar nomor telepon rumah. Kira -kira tiga hari kemudian, Kiki menelepon ke rumahku.
“Hallo selamat sore, bisa bicara dengan Ani, ini dari Kiki.”
“Ada apa, kok tumben mau nelepon ke sini, aku kira sudah lupa.”
“Gimana kabar loe, mana mungkin aku lupa. Hmm, Ani ada acara nggak malam minggu ini.”
Aqu sempat kaget Murti mengajakku keluar malam minggu ini. Padahal baru beberapa hari ini kenalan tapi dia sudah berani mengajakku keluar. Ah, biarlah, lelaki ini memang idamanku kok.
“Hmmm… belom tau, mungkin nggak ada, dan mungkin juga ada,” jawabku.
“Kenapa bisa begitu,” balas Kiki.
“Ya, kalaupun ada bisa dibatalin seandainya loe ngajak keluar, dan kalo batal acaranya aku bakalan akan nggak terima telpon loe lagi,” balasku lagi.
“Ooo begitu, kalau gitu aku jemputnya ke rumahmu, sabtu sore, kami jalan-jalan aja. Di mana alamat rumahmu.”
Kemudian aku memberikan alamat rumahku di kawasan Maruya. Dan ternyata rumah Kiki tidak begitu jauh dari rumahku. Ya, untuk seukuran Jakarta, segala sesuatunya dihitung dengan waktu bukan jarak. Tepat hari sabtu sore, Kiki datang dengan kendaraan dan parkir tepat di depan rumahku. Setelah tiga puluh menit di rumah, bincang -bincang dan pamitan dengan orang rumah, akhirnya kami meninggalkan rumah dan belom tahu mau menuju ke mana. Di dalam mobil kami berdua, bincang sambil ketawa-ketawa dan mendadak Kiki menghentikan mobilnya tepat di lapangan tenis yang ada di kawasan Jakarta Barat.
“Ani, loe cantik sekali hari ini, boleh aku mencium loe,” bisik Kiki mesra.
“Ki, apa kami baru aja kenalan, dan loe belum tau siapa aku dan aku belom tau siapa loe sebenarnya, jangan-jangan loe sudah punya pacar.”
“Kalo aku sudah punya pacar, sudah pasti malam minggu ini aku ke tempat pacarku.”
“Ki, terus terang semenjak pertama kali melihat loe aku langsung tertarik.”
Mendadak tangan Kiki memegang tanganku dan meremasnya kuat -kuat.
”Aku juga Ani, begitu melihat loe langsung tertarik.”
Dan Kiki menarik tanganku hingga badanku ikut tertarik, lalu Kiki memelukku erat-erat dan mencium rambutku hingga telingaku. Aku merinding dan mendadak tidak kusadari bibir Kiki sudah ada di depan mataku. Dan pelan-pelan Kiki mencium bibirku. Pertama-tama, sempat kulepaskan. Karena inilah pertama kali aku dicium seorang laki-laki. Dan tidak pikir panjang lagi, aku yang langsung menarik badan Murti dan mencium bibirnya. Ciuman Murti sepertinya sudah ahli sekali dan membuatku begitu bernafsu untuk menarik lidahnya. Oh.. betapa nikmatnya malam ini. Dan, lama-kelamaan tangan Kiki mulai meraba sekitar dadaku.
“Jangan Mur, aku tidak mau secepat ini, lagi pula kami melakukannya di depan jalan, aku malu Ki,” jawabku.
Sebenarnya aku ingin dadaku diremas oleh Kiki karena aku sudah mengidam-idamkan dan sudah membayangkan apa yang akan terjadi berikutnya.
“Ani, bagaimana kalau kami nonton aja. Sekarang masih jam setengah delapan dan film masih ada kok.”
Akhirnya aku setuju. Di dalam bioskop kami mencari tempat posisi yang paling bawah. Kiki sepertinya sudah sangat pengalaman dalam memilih tempat duduk. Dan begitu film diputar, Kiki langsung melumat bibirku yang tipis. Lidah kami saling beradu dan aku membiarkan tangan Murti meraba di sekitar dadaku. Walaupun masih ditutupi dengan baju.
Mendadak Kiki membisikkan sesuatu di telingaku, “Ani, loe membuat nafsuku naik.”
“Aqu juga Ki,” balasku manja.
Dan Kiki menarik tanganku dan mengarahkan tanganku ke arah kemaluannya.
“Astaga,” pikirku. Ternyata diluar dugaanku, kemaluan Kiki sudah sangat tegang sekali. Dan aku tidak menyia-nyiakan kesempatan yang pertama kali ini.
“Teruskan Ani, remas yang kuat dan lebih kuat lagi.” Tak lama kemudian, tangan Kiki sudah berhasil membuka bajuku. Kebetulan saat itu aku memakai kemeja kancing depan. Sehingga tidak terlalu susah untuk membukanya. Kebetulan aku memakai BH yang dibuka dari depan.
Akhirnya tangan Kiki berhasil meremas susuku yang baru pertama kali ini dipegang oleh seseorang yang baru kukenal. Kiki meremasnya dengan lembut sekali dan sekali-kali Kiki memegang puting susuku yang sudah keras.
“Teruskan Ki, aku enak sekali..” Dan tidak sengaja aku pun sudah membuka reitsleting celananya, yang pada saat itu memakai celana kain.
“Astaga,” pikirku sekali lagi, tanganku dibimbing Kiki untuk memasuki celana dalam yang dipakainya. Dan sesaat kemudian aku sudah meremas-remas kemaluan Kiki yang sangat besar. Kami saling menikmati keadaan di bioskop waktu itu. “Teruskan Ki, aku enak sekali..” Tidak terasa film yang kami tonton berlalu dengan cepat. Dan akhirnya kami keluar dengan perasaan kecewa.
“Kami langsung pulang ya Ani sudah malam,” minta Kiki.
“Mur, sebenarnya aku belom mau pulang, lagian biasanya kakak-kakakku kalau malam mingguan pulangnya jam 11:30 malam, sekarang masih jam 10:15, kami keliling-keliling dulu ya.” bisikku mesra.
Sebenarnya dalam hatiku ingin sekali mengulang apa yang sudah kami lakukan tadi di dalam bioskop. Namun rasanya tidak enak bila kukatakan pada Kiki. Mudah-mudahan Murti mengerti apa yang kuinginkan.
“Ya, sudah kami jalan-jalan ke senayan aja, sambil ngeliat orang-orang yang lagi bingung juga,” balas Kiki dengan nada gembira.
Sampai di senayan, Kiki memarkirkan mobilnya tepat di bawah pohon yang jauh dari mobil lainnya. Dan setelah Kiki menghentikan mobilnya, mendadak Kiki langsung menarik wajahku dan mencium bibirku. Kelihatannya Kiki begitu bernafsu melihat bibirku. Sebenarnya inilah waktu yang kutunggu-tunggu. Kami saling melumat bibir dan permainan lidah yang kami lakukan membuat gairah kami tidak terbendung lagi.
Mendadak Murti melepaskan ciumannya. “Ani, aku ingin mencium susumu, bolehkan..” Tidak berkata sedikit pun aku membuka kancing kemejaku dan membuka kaitan BH yang kupakai. Terlihat dua gundukan yang sedang mekar -mekarnya dan aku membiarkannya terpandang sangat luas di depan mata Kiki. Dan kulihat Kiki begitu memperhatikan bentuk bulatan yang ada di depan matanya. Memang susuku belom begitu tumbuh secara keseluruhan, tapi aku sudah tidak sabar lagi untuk dicium oleh seorang lelaki.
“Ani, apa ini baru pertama kali ada yang memegang yang menciumi susumu,” bisik Kiki.
“Iya, Ki, baru loe yang pertama kali, aku memberikan ke orang yang benar -benar aku inginkan,” balasku manja.
Tak lama kemudian, Kiki dengan lembutnya menciumi susuku dan memainkan lidahnya di seputar puting susuku yang sedang keras. Aduh enak sekali rasanya. Inilah waktu yang tunggutunggu sejak lama. Nafsuku langsung naik pada saat itu.
“Jangan berhenti Ki, teruskan ya… aku enak sekali..” Dan tanganku pun dibimbing Kiki untuk membuka reitsleting celananya. Dan aku membukanya. Kemudian Kiki mengajak pindah tempat duduk dan kami pun pindah di tempat duduk belakang. Sepertinya di belakang kami bisa dengan leluasa saling berpelukan. Baju kemejaku sudah dilepas oleh Kiki dan yang tertinggal hanya BH yang masih menggantung di lenganku. Reitsleting celana Kiki sudah terbuka dan mendadak Kiki menurunkan celananya dan terlihat jelas ada tonjolan di dalam celana dalam Kiki. Dan Kiki menurunkan celana dalamnya. Terlihat jelas sekali kemaluan Kiki yang besar dan berwarna kecoklatan. Ditariknya tanganku untuk memegang kemaluannya. Dan aku tidak melepaskan kesempatan tersebut. Kiki masih terus menjilati susuku dan sekali-kali Kiki menggigit puting susuku.
“Ki, teruskan ya… jilat aja Ki, sesuloe..” desahku tak karuan.
Sementara aku masih terus memegang kemaluan Kiki. Dan sepertinya Kiki makin bernafsu dengan permainan seksnya. Akhirnya Kiki sudah tidak tahan lagi.
“Ani, loe isap punyaku ya… mau nggak?”
“Isap bagaimana..”
“Tolong keluarin punyaku di mulutmu.”
Sebenarnya aku masih bingung, tapi karena penasaran apa yang dimaui KiKi, maka aku menurut saja apa permintaannya. Dan Kiki merubah posisi duduknya, Kiki menurunkan kepalaku hingga aku berhadapan langsung dengan kepunyaan Kiki.
“Mur, besar sekali punyamu.”
“Langsung aja Ani, aku sudah tidak tahan..”
Aku langsung mengulum pelan-pelan kepunyaan Kiki. Inilah pertama kali aku melihat, memegang dan mengisap dalam satu waktu. Aku menjilati dan kadang kutarik dalam mulutku kepunyaan Kiki. Sekali-kali kujilati dengan lidahku. Dan sekali-kali juga kujilati dan kuisap buah kepunyaan Kiki. Aku memang menikmati yang namanya kemaluan. Mulai dari atas turun ke bawah. Dan kuulangi lagi seperti itu. Dan kepala kemaluan kepunyaan Kiki aku jilatin terus. Ah… benar-benar nikmat. Sekitar lima menit aku menikmati permainan punya Kiki, mendadak, Kiki menahan kepalaku dan menyuruhku mengisap lebih kuat.
“Terus Ani, jangan berhenti, terus isap yang kuat, aku sudah tidak tahan lagi..” Dan tidak lama setelah itu, Murti mengerang keenakan dan tidak sadar, keluar cairan berwarna putih dari kemaluan Kiki. Apakah ini yang namanya sperma, pikirku. Dalam keadaan masih keluar, aku tidak bisa melepaskan kemaluan Kiki dari mulutku, aku terus mengisap dan menyedot sperma yang keluar dari kemaluan Kiki. Ah… rasa dan aromanya membuatku ingin terus menikmati yang namanya sperma. Aku pun tidak bisa melepaskan kepalaku karena ditahan oleh Kiki. Aku terus melanjutkan isapanku dan aku hanya bisa melebarkan mulutmu dan sebagian cairan yang keluar tertelan di mulutku. Dan Murti kelihatan sudah enak sekali dan melepaskan tangannya dari kepalaku.
“Ani, aku sudah keluar, banyak ya..”
“Banyak sekali Ki, aku tidak sanggup untuk menelan semuanya, karena aku belom biasa.”
“Tidak apa-apa Ani..”
Kemudian Kiki mengambil cairan yang terbuang di sekitar kemaluannya dan menaruh ke susuku. Aku pun memperhatikan kelakuan Kiki. Dan Kiki mengelus-elus susuku. Akhirnya jam sudah tepat jam 11 malam. Dan aku diantar oleh Kiki tepat jam 11 lewat 35 menit. Karena besoknya kami berjanji akan ketemu lagi. Malamnya entah mengapa aku sangat sulit sekali tidur. Karena pengalamanku yang pertama membuatku penasaran, entah apa yang akan kulakukan lagi bersama Kiki esoknya.Dan, malam itu aku masih teringat akan kemaluan Kiki yang besar dan aroma sperma serta ingin rasanya aku menelan sekali lagi. Ingin cepat-cepat kuulangi lagi peristiwa malam itu.
Besoknya dengan alasan ada pertemuan panitia perpisahan, aku akhirnya bisa keluar rumah.Akhirnya sesuai jam yang sudah ditentukan, Kiki menjemputku dan Kiki membawaku ke suatu tempat yang masih teramat asing buatku.
“Tempat apa ini Ki,” tanyaku.
“Ani, ini tempat kencan, daripada kami kencan di mobil lebih bagus kami ke sini aja, dan lebih
aman dan tentunya lebih leluasa. Loe mau.”
“Entahlah Ki, aku masih takut tempat seperti ini.”
“Loe jangan takut, kami tidak keluar dari mobil. Kami langsung menuju kamar yang kami pesan.”
Dan sampai di garasi mobil, kami keluar, dan di garasi itu hanya ada satu pintu. Sepertinya pintu itu menuju ke kamar. Benar dugaanku. Pintu itu menuju ke kamar yang sudah dingin dan nyaman sekali, tidak seperti yang kubayangkan. Terlihat ada kulkas kecil, kamar mandi dengan shower, dan TV 21, dan tempat tidur untuk kapasitas dua orang.
“Ani, kami santai di sini aja ya… mungkin sampai sore atau kami pulang setelah magrib nanti, loe mau..” minta Kiki.
“Aku setuju saja Ki, terserah loe.”
Setelah makan siang, kami bincang-bincang dan Kiki membaringkan badanku di tempat tidur. “Ani, loe mau kan melakukannya sekali lagi untukku.” Aku setuju. Sebenarnya inilah yang membuatku berpikir malamnya apa yang akan kami lakukan berikutnya. Kiki berdiri di depanku, dan melepaskan kancing kemejanya satu persatu, dan membuka celana panjang yang dipakainya. Terlihat sekali lagi dan sekarang lebih jelas lagi kepunyaan Kiki dari pada malam kemarin. Ternyata kepunyaan Kiki lebih besar dari yang kubayangkan.
Dan, dalam sekejap Kiki sudah terlihat bugil di depanku. Kiki memelukku erat-erat dan membangunkanku dari tempat tidur. Sambil mencium bibirku, Kiki menarik ke atas baju kaos ketat yang kupakai. Dan memelukku sambil melepaskan ikatan BH yang kupakai. Dan pelan-pelan tangan Kiki mengelus susuku yang sudah keras. Dan lama -kelamaan tangan Kiki sudah mencapai reitstleting celanaku dan membuka celanaku. Dan menurunkan celana dalamku. Aku masih posisi berdiri, dan Kiki jongkok tepat di depan kemaluanku. Kiki memandangku dari arah bawah. Sambil tangannya memeluk pahaku.
“Ani, bodi loe bagus sekali.”
Kiki sekali lagi memperhatikan bulu-bulu yang tidak terlalu lebat dan menciumi aroma kemaluanku.
“Ani, seandainya hari ini perawanmu hilang, loe bagaimana.”
“Terserah loe ki, aku tidak peduli tentang perawanku, aku ingin menikmati hari ini, denganmu berdua, dan aku kepengen sekali melakukannya denganmu..”
Akhirnya aku pasrah apa yang dilakukan oleh Kiki. Kemudian Kiki meniduriku yang sudah tidak memakai apa-apa lagi. Kami sudah sama-sama bugil. Dan tidak ada batasan lagi antara kami. Kiki bebas menciumiku dan aku juga bebas menciumi Kiki. Kami melakukannya sama-sama dengan nafsu kami yang sangat besar. Baru pertama kali ini aku melakukannya seperti hubungan suami istri. Kiki menciumi seluruh tubuhku mulai dari atas turun ke bawah.
Begitu bibir Kiki sampai di kemaluanku yang sudah sangat basah, terasa olehku Kiki membuka lebar kemaluanku dengan jari-jarinya. Ah… nikmat sekali. Seandainya aku tahu senikmat ini, ingin kulakukan dari dulu. Ternyata Kiki sudah menjilati klitorisku yang panjang dan lebar. Dengan permainan lidahnya di kemaluanku dan tangan Kiki sambil meremas susuku dan memainkan putingku, aku rasanya sudah sangat enak sekali. Sepertinya tidak kusia-siakan kenikmatan ini tiap detik. Kiki sekali-kali memasukan jarinya ke kemaluanku dan memasukkan lidahnya ke kemaluanku. Akhirnya dengan nafsu yang sudah tidak bisa kutahan lagi, kukatakan pada Kiki.
“KI, masukkan punyamu ke punyaKu ya… masukannya pelan -pelan,” mintaku. Kiki lalu bangkit dari arah bawah. Dan menciumi bibirku.
“Ani, loe sudah siap aku masukkan, apa loe tidak menyesal nantinya.”
“Tidak Ki, aku tidak menyesal. Aku sudah siap melakukannya.”Lalu Kiki melebarkan kakiku dan terlihat jelas sekali punya Kiki yang sangat besar sudah siap-siap untuk masuk ke punyaku. Kemaluanku sudah basah sekali. Dan kubimbing kemaluan Kiki agar tepat masuk di lubang kemaluanku. Pertama-tama memang agak sakit, tapi punyaku sepertinya sudah tidak terasa lagi akan sakit yang ada, lebih banyak nikmatnya yang kurasakan. Dengan dorongan pelan dan pelan sekali, akhirnya punya Kiki berhasil masuk ke dalam lorong kenikmatanku.
“Oh… enak sekali,” jeritku.
Terasa seluruh lorong dan dinding kemaluanku penuh dengan kemaluan besar kepunyaan Kiki. Dengan sekali tekan dan dorongan yang sangat keras dari kemaluan Kiki, membuat hari itu aqu sudah tidak perawan lagi. Murti membisikkan sesuatu di telingaku, “Ani, loe sudah tidak perawan lagi.”
“Ngga apa-apa Ki, jangan dilepas dulu ya…”
“Terus Ki, goyang lebih kencang, aku enak sekali..” Dengan posisi aku di bawah, Kiki di atas, kami melakukannya lama sekali. Kiki terus menciumi susuku yang sudah keras, kemaluan Murti masih terbenam di kemaluanku. Akhirnya puncak kenikmatanku yang pertama keluar juga.
“Kiki sepertinya aku sudah tidak tahan lagi… aku mau keluar.”
“Keluarin terus Ani, aku tidak akan melepaskan punyaku.”
“Mur, aku tidak tahan lagi… a..ahh… aaahh.. aku keluar Ki, aku keluar.. keluar Ki..enaak sekali, jangan berhenti, teruskan… aaaa… aaaa..” Pada saat orgasme yang pertama, Kki langsung menciumi bibirku. Oh… benar -benar luar biasa sekali enaknya.
Akhirnya aku menikmati kehangatan punya Kiki dan aku masih memeluk badan Kiki. Walaupun udara di kamar itu sangat dingin, tapi hawa yang kami keluarkan mengalahkan udara dingin.
“Ani, aqu masih mau lagi, tidak akan kulepaskan… sekarang aku mau posisi enam sembilan. Loe isap punyaku dan aku isap punyamu.”
Kemudian kami berubah posisi ke enam sembilan. Kiki bisa sangat jelas mengisap punyaku. Dan kelihatan kliotorisku yang sangat besar dan panjang.
“Ani punyamu lebar sekali.”
“Isap terus Ki, aku ingin mengeluarkan sekali lagi dan berkali-kali.”
Aku terus mengisap punya Kiki sementara Kiki terus menjilati kemaluanku dan kami melakukannya sangat lama sekali. Kemaluan KiKi yang sudah sangat keras sekali membuatku bernafsu untuk melawannya. Dan permainan mulut Kiki di kemaluanku juga membuatku benar-benar terangsang dan sepertinya saat-saat seperti ini tidak ingin kuakhiri.
“Ki… aku mau keluar lagi… aku tidak tahan lagi honey…”
“Tahan sebentar Ani, aku juga mau keluar..”
Mendadak Kiki langsung merubah posisi. Aku di bawah dan dia di atas. Dengan cepat Kiki melebarkan kakiku, dan oh.. ternyata Kiki ingin memasukkan kemaluannya ke kemaluanku. Dan sekali lagi Kiki memasukkan kemaluannya ke kemaluanku. Walaupun masih agak sulit, tapi akhirnya lorong kenikmatanku dapat dimasuki oleh kemaluan Kiki yang besar.
“Dorong yang keras Ki, lebih keras lagi,” desahku. Kiki menggoyangan badannya lebih cepat lagi.
“Iya Ki, seperti itu… terus… aaa..aaa… enak sekali, aku mau melakukannya terusmenerus denganmu..”
“Ani, aku sudah tidak tahan lagi… aku mau keluar…”
“Aku juga Mur, sedikit lagi, kami keluar sama -sama ya… aaa..”
“Ani… aku keluar..”
“Aku juga Ki… aaa… aa… terasa Ki, terasa sekali hangat spermamu..”
“Aduh, Ani… goyang terus Ani, punyaku lagi keluar…”
“Aduh Ki… enak sekali…”
Bibirku langsung menciumi bibir Kiki yang lagi dipuncak kenikmatan. Tak lama kemudian kami sama-sama terdiam dan masih dalam kehangatan pelukan. Akhirnya kami mencapai kenikmatan yang luar biasa. Dan sama-sama mengalami kenikmatan yang tidak bisa diukur.
“Ani… spermaku sekarang ada di dalam punyamu.”
“Ia Ki…”
Tidak lama kemudian, Kiki membersihkan cairan spermanya di kemaluanku.
“Ani, kalo loe hamil, aku mau bertanggungjawab.”
“Iya Ki..” jawabku singkat.
Akhirnya kami mandi sama-sama. Di kamar mandi kami melakukannya sekali lagi, dan aku mengalami kenikmatan sampai dua kali. Sekali keluar pada saat Mu menjilati kemaluanku dan sekali lagi pada saat Kiki memasukkan kemaluannya ke kemaluanku. Kiki pun mengalami hal yang sama.
Sorenya kami melakukannya sekali lagi. Kali melakukannya berulang kali. Dan istirahat kami hanya sebentar, tidak sampai satu jam kami sudah melakukannya lagi. Benar-benar luar biasa. Aku pun tidak tahu kenapa nafsuku begitu bergelora dan tidak mau berhenti. Kalau dihitunghitung dalam melakukan hubungan badan, aku sudah keluar 8 kali orgasme. Dan kalau hanya sekedar diisap oleh Murti hanya 3 kali. Jadi sudah 11 kali aku keluar. Sementara Murti sudah 7 kali.
ADUQ | POKER | BANDARQ | DOMINO99 | CAPSA SUSUN | BANDAR POKER
0 komentar:
Posting Komentar